10 KESALAHAN FATAL / MALPRAKTEK KETIKA BEKAM (HIJAMAH) / PANTANGAN & YANG HARUS DIHINDARI KETIKA BEKAM

Oleh : dr.Abu Hana El-Firdan

Setelah  pada edisi perdana kita membahas pengenalan dan cara hijamah (bekam) secara ringkas, maka pada edisi kali ini kita akan belajar mengenai  pantangan/hal-hal yang harus dihindari serta kesalahan ketika hijamah.

Sebenarnya secara umum hijamah sangatlah aman dan mudah
dilakukan oleh siapapun asalkan penghijamah  tersebut telah membekali
diri dengan dasar-dasar pengetahuan  tentang pantangan hijamah dan
kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan terutama bagi penghijamah
pemula.



Pantangan Hijamah


Berikut ini adalah kondisi yang harus dihindari untuk dilakukan hijamah :
  • Hindari  menghijamah pasien yang fisiknya sangat lemah,
    sedang mengalami kelelahan berat dan yang memiliki tekanan darah <
    80mmHg.
    Hal ini bisa menyebabkan resiko pasien syok/pingsan.
    Demikian juga sebaiknya menghindari untuk menghijamah pasien yang sudah
    jompo dan lemah fisiknya serta anak-anak yang tubuhnya lemah/ di bawah 3
     tahun.
  • Hindari menghijamah wanita hamil pada usia kehamilan 3 bulan pertama (trimester awal). Jangan menghijamah wanita yang sedang haidh dan nifas karena pada kondisi tersebut wanita sedang banyak mengeluarkan darah alami sehingga dikhawatirkan akan melemahkan kondisi fisiknya. Jangan melakukan hijamah tepat diatas perut wanita hamil.
  • Tidak dianjurkan menghijamah pasien yang dalam kondisi perut
     kekenyangan, kehausan, kelaparan, kelelahan, setelah beraktivitas
    berat, tubuh lemah dan tubuh demam (kedinginan).
  • Jangan melakukan hijamah langsung setelah makan besar (hijamah dapat dilakukan minimal dua jam setelah makan). Setelah hijamah juga jangan langsung makan, melainkan hanya minum yang manis-manis semisal madu atau selainnya.
  • Jangan melakukan hijamah langsung setelah mandi, terutama setelah mandi dengan air dingin. Tidak dianjurkan langsung mandi setelah hijamah, melainkan setelah 2 jam. Dianjurkan mandi dengan air hangat.
  • Hindari melakukan hijamah basah pada pasien leukimia (kanker
     darah), hepatitis yang parah, TBC aktif, HIV/ODA, hemofilia, malignant
    anemia, trombositopenia, penderita kelainan klep jantung/ yang
    menggunakan alat pacu jantung
    serta penyakit lainnya yang parah kecuali oleh ahli hijamah yang berpengalaman dan dengan pengawasan dokter.



  • Tidak dianjurkan melakukan hijamah basah pada penderita diabetes dengan kadar gula darah sewaktu (GDS) diatas 250mg/dL kecuali oleh penghijamah yang ahli dan berpengalaman.
  • Jangan menghijamah basah pasien yang baru memberikan donor darah atau orang yang baru kecelakaan sehingga darahnya berkurang.
  • Hindari menghijamah pasien yang menderita penyakit kulit merata atau menderita alergi kulit yang parah seperti ulserasi (luka koreng basah/bernanah) dan edema.



  • Hindari menghijamah pasien yang sedang mengkonsumsi obat pengencer darah(seperti heparin). Hijamah  bisa dilakukan setelah 48 sebelummnya pasien telah menghentikan terlebih dahulu obat-obat tersebut.


  • Jangan menghijamah langsung pada daerah yang luka, urat sendi yang robek, patah tulang, tumor serta varises. HIjamah pada kasus varises dilakukan beberapa cm disekitar pembuluh darah yang rusak.
  • Jangan memberkam daerah perut terlalu keras. Bagian perut sangat lemah karena lapisan ototnya sangat tipis.
  • Hindari melakukan hijamah pada bagian tubuh berikut :
     Lubang alamiah tubuh (mata, hidung, telinga, mulut, kemaluan, anus dan
    puting susu), daerah sistem nodus limfa/ kelenjar getah bening (bawah
    ketiak, selangkangan, leher bagian samping, dll), tepat diatas pembuluh
    darah yang besar.

Beberapa poin diatas sebenarnya masih bisa dilakukan oleh seorang
ahli hijamah yang professional, berpengalaman serta atas pengawasan
dokter yang berkompeten.

Kesalahan Hijamah


Kesalahan dalam hijamah bisa disebabkan karena minimnya
pengetahuan tentang anatomi  fisiologis tubuh, keterbatasan ilmu tentang
 penyakit serta cara kerja dan mekanisme hijamah. Hijamah sendiri
merupakan salahsatu tindakan medis (bedah minor) oleh karenanya maka
proses hijamah haruslah mengedepankan standarisasi medis.
Contoh kesalahan hijamah antara lain :

1.    Persiapan pasien yang kurang.
 Sebelum dilakukan hijamah seorang penghijamah harus memeriksa kondisi
umum dan penyakit yang diderita pasien. Pemeriksaan tekanan darah
(tensi) merupakan pemeriksaan minimal yang wajib dilakukan. Kesalahan
pada poin ini bisa membahayakan pasien terutama jika kondisinya sedang
drop.

Mengabaikan masalah riwayat penyakit yang diderita pasien seperti
pada penderita diabetes, hepatitis, AIDS, dll  bisa menyebabkan risiko
tertularnya penyakit pada pasien dan penghijamah.

2.    Melakukan hijamah di area terbuka diluar ruangan atau terlalu dingin. Dikhawatirkan luka sayatan hijamah dapat terkena debu/kotoran yang berterbangan. Selain
 itu juga tidak disarankan melakukan hijamah di tempat dengan sirkulasi
udara yang kurang/pengap. Jangan menyalakan kipas angin/blower tepat
diatas pasien yang sedang dihijamah.




3.    Mengabaikan sterilitas.
Banyak penghijamah hanya mengandalkan proses sterilisasi kop dan alat
hijamah pada detergen, pemutih, rebusan air  atau alkohol. Tidak
dimilikinya alat sterilisator standar menyebabkan resiko tinggi terkena
infeksi kuman selama hijamah.


4.    Peralatan ala kadarnya. Dalam
 praktek hijamah, banyak di antara para ahli hijamah hanya menggunakan
alat-alat sekedarnya tanpa memperhatikan faktor kebersihan alat dan
lingkungan, sterilisasi dan higenisnya, seperti penggunaan tisu untuk membersihkan darah, apalagi tisu gulung untuk toilet. Akibatnya
 muncul tanggapan negatif terhadap terapan hijamah secara umum. Setiap
pasien dengan riwayat sakit hepatitis, narkoba, dan HIV-AIDS (ODA) harus
 memiliki peralatan bekam sendiri yang dipisahkan dengan pasien yang
lain.





5.    Menggunakan silet atau jarum.
 Kedua alat tersebut samasekali bukan merupakan peralatan medis standar
yang dirancang untuk melakukan tindakan medis hijamah. Luka yang
dihasilkan sangat berpotensi infeksi dan terkontaminasi bahan-bahan yang
 terkandung pada permukaan logam silet dan jarum.


6.    Kesalahan dalam menentukan titik hijamah.
 Selain tidak efektif, keterbatasan pengetahuan mengenai lokasi titik
hijamah yang tepat akan mempengaruhi hasil hijamah secara signifikan.
Beberapa penghijamah pemula sering hanya melakukan hijamah terbatas pada
 titik hijamah itu-itu saja, padahal titik hijamah telah banyak
berkembang.

7.    Mitos �semakin banyak titik hijamah maka semakin cepat sembuh�.
 Terlalu banyak titik pada saat hijamah tidaklah berarti menjadikan
hijamah semakin efektif namun yang benar adalah pemilihan titik yang
tepat adalah kunci tercapainya tujuan hijamah.



8.    Terlalu lama menghijamah pada satu titik. Penyedotan kop yang melebihi 20 menit bisa menimbulkan efek samping keluarnya bulla (kantong cairan bening seperti cacar). Hal ini bisa menyebabkan keluhan perih dan beresiko infeksi.

9.    Melakukan penyayatan luka yang terlalu dalam.
 Hal ini selain memperlambat penyembuhan luka juga menimbulkan resiko
mengenai pembuluh darah besar sehingga bisa timbul perdarahan.


10. Harus puasa dulu sebelum hijamah.
 Pada pasien tertentu dimana kondisi tubuhnya sedang drop maka puasa
bisa membahayakan pasien. Sebaiknya makanlah 2jam sebelum hijamah, dalam
 tempo waktu tersebut diharapkan proses pencernaan makanan sebagian
besar telah selesai dan bisa memperkecil resiko �pingsan� akibat
hijamah.

Demikian pembahasan materi hijamah untuk edisi kali ini semoga
bermanfaat, InsyaAllah akan berlanjut pada edisi berikutnya. Jika ada
masalah yang belum jelas dan akan ditanyakan maka anda dapat menghubungi
 redaksi. Baarokallaahu fiikum.

Komentar